Rabu, 06 Mei 2009

Mo ngomongun soal budaya

Belakangan aku suka banget baca sejarah, baik tentang Indonesia, maupun dari negara lain. Dari situ aku bisa paham, bagaimana cara manusia hidup memenuhi kebutuhannya. Untuk memenuhi hidupnya itu maka manusia membuat budaya.
Hasil dari kebudayaan manusia sangatlah banyak, dan mereka semua indah2. Mulai dari tempat untuk berteduh, kain yang digunakan untuk menutupi tubuh, racikan makanan yang ciamik yang ga hanya untuk memuaskan lambung, musik yang membuat diri terlena, sampai alat komunikasi yang berguna untuk menyampaikan ide dan rasa yang bernama Bahasa.
Manusia itu mahluk yang bersifat dinamis, maka budaya yang dipakai dan dihasilkan akan berubah pula, baik secara perlahan maupun radikal.
Perubahan budaya ini membuat sebagian besar orang-orang merasa sedih, karena ada luapan2 keinginan yang tidak bisa diakomodasi oleh budaya yang sekarang ini sedang berlangsung, Misalnya aja, kalo di Jogja orang kangen buat ngontel tapi agak sulit dilakukan, karena ruas jalan yang ada udah penuh sesak dengan motor beroda empat ato dua. Kalo aku, kangen sama hawa dingin puncak di Jawa barat, tapi sekarang kayaknya hampir ga mungkin ku dapet soalnya, kawasan itu sebagian besar udah disulap jadi vila-vila untuk orang tajir.
Perubahan-perubahan yang sekiranya dipersepsikan berdampak negatif, oleh sebagian orang ingin dihentikan dan dikembalikan kepada budaya yang dulu yang sekiranya dipersepsikan "membawa kehidupan yang lebih baik".
Menurutku, budaya apapun yang akan dibuat dan diterapkan manusia, selama manusia itu merasa sesuai untuk menggunakannya. Aku rasa itu sah-sah aja.
Nah, permasalahannya adalah ketika suatu budaya yang dianut seseorang dipaksakan kepada orang lain. Misalnya generasi tua yang memaksakan suatu budaya ke generasi muda. Generasi tua itu mungkin bisa hidup tenteram dengan budaya yang mereka pakai. Namun generasi muda pastilah akan hidup seperti mayat hidup.
Coba bayangin deh, budaya babylonia dihadirkan kembali secara paksa ke kehidupan kita sekarang, satu pertanyaan yang segera melintas di kepala ku "Masih adakah tempat yang tepat untuk aku hidup sesuai dengan budaya ku?" Karena aku sadar seratus persen bahwa aku ga akan bisa hidup dengan budaya Babylonia itu...
Satu kesimpulan ku, budaya bolehlah dia bebas bergerak ke mana saja, asalkan masih memanusiakan manusia.Hehehehehehehe...

Tidak ada komentar: