Senin, 18 Mei 2009

Adil sudah semenjak dipikiran

Itulah kata-kata yang selalu diinget minke, tercetus dari sahabatnya yang bernama Jean Marais.
Kalo buat ku sih ya susah, karena untuk adil tentu ada satu pedoman yang kita ikuti, sehingga kita bisa tahu perilaku kita sudah adil atau belum. Nah, makin runyem lagi, kalo persepsi adil yang kita anut berdasarkan suatu pedoman, bertentangan dengan konsep keadilan dari pedoman yang lain.

Pertentangan di atas sekarang sedang memasuki episode kehidupan ku. Episode yang menceritakan tentang Om boediono yang bakal mendampingi SBY menjadi calon wapres periode 2009-2014. Banyak orang yang menentang pencalonan dirinya. Hal ini dikarenakan bersebrangnya ideologi yang dianut oleh boediono dengan pihak ataupun partai yang berkoalisi dengan PArtai demokrat.

Boediono diduga memiliki paham neoliberal, yang mana paham tersebut tidak berasakan kesejahteraan rakyat, namun untuk kesejahteraan pemilik modal. Hal ini tentunya berseberangan dengan PKS yang menganut paham islam dalam menjalakan pergerakan roda partainya.

Beliau dituduh demikian karena ia belajar di Universitas yang mengajarkan ekonomi berdasarkan paham liberalisme, dan takut ia telah dititipkan "kewajiban" oleh Amerika untuk menerapkan ekonomi tersebut. Padahal ekonomi dengan paham seperti ini kembali berseberangan dengan paham ekonomi Indonesia yang berasaskan kesejahteraan rakyat untuk segala lapisan.

Banyak orang yang kemudian membela boediono dengan mengatakan kenapa dia tidak sedari dulu digugat ketika menjabat sebagai A,B,C,D dll yang memainkan peranan strategis dalam penataan ekonomi Indonesia. Lagipula dia telah melakukan perbaikan-perbaikan untuk ekonomi Indonesia.

Untuk sampai saat ini, aku belum berhak mengatakan dia orang yang busuk atau bukan. Namun aku bisa katakan, ya, kita berseberangan om boediono.

Mengapa?

Saya seorang muslim. Seorang muslim pertama kali yang dituntut adalah beriman kepada Allah SWT, yang mana akan membawa konsekuensi untuk harus mengimani malaikat, Al-Qur'an, Nabi-nabi dan Rasul, Hari kiamat, dan beriman kepada Qada dan Qadar.

Dari rukun iman tersebut ada dua sumber hukum berperilaku manusia yaitu dituntun Al-Qur'an dan Hadist Rasul. Termasuk di dalamnya bagaimana menyelegarakan perekonomian di tingkat individu, kelompok maupun negara. Jadi sebagai seorang muslim saya wajib menggunakan hukum ini.

Namun saya terjebak di dalam negara yang tidak mengakomodasi diterapkan hukum ini, karena akan menimbulkan pertentangan dengan paham-paham lain, dan salah satunya dengan paham neolib.

Saya sih cukup heran, karena negara yang mayoritas muslim seharusnya bisa lebih reseptif dan dengan legowo menjalankan hukum Islam. Namun kenyataan berkata lain, hukum neolib lebih dipilih.

Saya yang tidak tahu neolib seperti apa karena kedunguan saya. Dan akan menjadikan saya lebih idiot ketika mengatakan bahwa neolib itu buruk dan tidak bagus. Saya pun juga sebagai muslim tidak mungkin durhaka dengan mengatakan hukum Tuhan tidaklah lebih bagus dengan hukum yang diciptakan manusia.

Pada titik ini saya mencapai suatu kesimpulan, bahwa apapun pahamnya, bisa menjadikan suatu masyarakat sejahtera di seluruh strata, tergantung dari pemimpin dan rakyat itu sendiri.

Balik lagi saya adalah seorang muslim, yang semenjak mengimani ALLAH SWT sudah diharuskan untuk menjalankan hukumnya. Jadi saya pun akan menjalankan hukum-Nya walaupun belum tahu manfaatnya.

dan jikalau terbesit pertanyaan "manfaat apa yang akan didapat dengan menjalankan perekonomian berdasarkan tuntunan Allah?" Menurut ku itu sama saja dengan menanyakan "apa manfaat dari fungsi gerakan takbir, rukuk, maupun sujud disetiap sholat?" yang akan membawa kita kepada perilaku,

Tidak akan menjalankan hukum Allah tanpa terlebih dulu tahu manfaat yang ditimbulkan oleh setiap hukum.

Alangkah lebih baiknya jika kita menjalankan hukum tersebut sambil mencari manfaat yang didapat dengan menggunakan otak yang telah dianugerahkan.

Seperti menjalankan perintah untuk tidak memakan babi, dan dengan otak ini kita bisa tahu bahwa manfaat tidak memakan babi, bisa menjauhkan diri ini dari cacing pita dan virus flu babi.

Semoga hukum ekonomi Islam maupun hukum2 lainnya dapat diterapkan dengan layak, tanpa dirusuhi oleh pikiran instan tentang "manfaat apa yang akan saya dapat?" dan dengan otak ini dan dengan izin Allah SWT kita dapat melihat dan merasakan manfaat yang akan didapat. Tentunya hukum ini dijalankan oleh orang-orang muslim yang tepat.

Merugikan pihak selain Islam?

Tidak ada komentar: