Selasa, 11 November 2008

MENGHARGAI

Inget ga sama materi pelajaran ini, dalam mata pelajaran PPKN atau kewarganegaraan pas zaman2nya sekolah?
Walopun terbilang basi untuk membahas topik ini, tapi menurut gue tetep masih relevan untuk dibahas saat ini.
Kalo gue liat sih, satu hal yang kurang di diri gue rasa menghargai ini. Pada apa pun! Temen, sahabat, keluarga, kerabat, guru, dosen, fakir miskin, tukang becak, supir angkot, tukang minta-minta, lingkungan, dan enggak segan-segan terhadap Tuhan pun daku berlaku demikian...
Menurut kalian, apa sih esensi dari kata menghargai..
Dan menurut ku sih, kalo ga ada hal ini, kita bisa berbuat kurang ajar pada hal-hal yang berada di sekitar kita. Dengan demikian, diri kita menjadi tidak bisa dibedakan lagi antara manusia dengan setan.
Misal, karena permintaan kita ga diturutin, dengan seenaknya gitu gue ngebentak2 orang tua, atau karena tidak memiliki efek langsung, gue buang sampah sembarangan. Terus, karena takut dibilang ketinggalan zaman, gue ampe ga sudi melihat keindahan budaya gue sendiri. And, karena gue yakin masuk surga, gue ninggalin sholat...
Gue , terkadang jadi malu sendiri, -untung masih punya malu ಹೆಹೆಹೆಹೆ- karena gue enggak bisa memberi makna, sehingga menjadikan sesuatu itu bisa dihargai selain dengan uang..
Ada satu cerita, gue ngelamar jadi relawan di museum kolong tangga. Museum anak pertama di Indonesia, yang berisi segala bentuk permainan anak-anak tradisional. Yang bikin gue ajleb, ternyata dia bukan orang Indonesia. Namun orang Belgia! Selama berdiskusi, ia mengutarakan rasa cinta dan penghargaannya terhadap anak-anak dan khawatir dengan mainan anak zaman sekarang yang kebanyakan mendorong anak untuk menjadi seorang individu yang anti sosial. Dia bisa memberikan Ruh kepada kehidupannya sendiri.
Dia bisa memberikan ruh sehingga hidupnya bermanfaat tidak hanya untuk dirinya, namun juga untuk anak2 Indonesia.
Keinginan untuk membangun museum itu juga berangkat dari rasa penghargaan yang begitu mendalam terhadap permainan tradisional anak2. Dia memahami bagaimana filosofis setiap permainan itu dibuat, dan hasil apa yang akan didapat oleh seseorang jika berhasil memainkan permainan tersebut. ..
Pelajaran menghargai ini, juga gue dapet dari temen gue yang namanya Julia orang German. Dia bilang kalo di sini, orang Indonesia tidak bermasalah jika buang sampah sembarangan. Namun, kalo di Jerman, orang akan dapat hukuman sosial! Baik itu cibiran, tatapan mata yang sinis, atau teguran. Mereka lakukan itu, karena mereka sangat mencintai lingkungan mereka. Mereka juga menghargai setiap jengkal yang ada di Negara itu. ..
Kira2 kapan ya? Kita bisa punya perasaan kayak gitu.
Dari belajar ini, semoga aku bisa belajar menghargai setiap hal...
Biar hidup lebih bermakna aja sih sebenernya...

Tidak ada komentar: